Jam berdetik di angka 12.00 tgh malam. Sunyi dan hening. Benak kecil terkenang ayah yang telah pergi. Al Fatihah buat ayah dan ibu. Lalu aku pun membelek-belek penulisan yang pernah aku buat untuk seorang ayah. Bertemu. Aku turunkannya untuk ditatap oleh teman-teman.
Sajak Pada Seorang Lelaki Yangku Panggil, Ayah
Tiba satu detik
kembali aku ke desa ini
seperti dulu
senandung unggas malam masih bertelingkah
waktu mentari sedang menaik
garis putih mendada langit
Kau masih bangun mendahului kami
Suara zikir mu masih seperti dahulu - merdu dan sayu
sepatah sepatah menyeru Rabulizzati - tersedu
seperti dahulu
iman mu masih mewaja
pesan mu hidup ini sementara cuma
rajin-rajinlah telaah kitab hidup kalian
kerana harta tidak mampu membeli kematian
kau terus-terusan mengirimi ingatan
apa yang ada sedekahkan
apa yang tiada usaha-usahakan
usah bergetus bila kecewa
sedarlah
katamu kita cuma penerima
sedang DIA milik SEGALA
kini
satu detik yang lain
ku kembali lagi ke desa ini
tapi tidak seperti selalu
tiada zikir,
tiada pesan,
tiada ingatan
senandung unggas masih bertingkah
mentari tetap menaik
garis-garis putih masih memutih
tapi aku di sini
kehilangan sebuah khutubkhanah kehidupan
Merbok, Kedah
2006
Tiada ulasan:
Catat Ulasan